29.3 C
Jakarta
Monday, June 9, 2025

Lifting Minyak Indonesia Terus Menurun, Bagaimana Strategi Pemerintah dalam Mengatasinya? (Part 2)

Pengembangan struktur migas potensial

SKK Migas mencatat bahwa terdapat sekitar 301 struktur migas potensial yang belum dikembangkan, memiliki potensi 1,8 miliar barel minyak dan 13,4 triliun kaki kubik gas. Selain itu, Ditjen Migas memaparkan opportunity investasi di industri minyak dan gas pada struktur/cekungan (basin). Pada tahun 2020, dari total 128 cekungan yang ada, hanya 20 cekungan yang berproduksi. Sedangkan untuk sisanya, sebesar 68 cekungan belum dieksplorasi, 27 cekungan yang baru saja melaksanakan pemboran dan memiliki status discovery, dan 13 cekungan yang baru saja melaksanakan pemboran dan memiliki status tanpa discovery. Selain itu, dari total 172 working area, terdapat 102 WK eksploitasi (produksi dan pengembangan) dan 70 WK eksplorasi (termasuk non-konvensional).

Peta Persebaran Cekungan Migas di Indonesia
Sumber : Ditjen Migas, 2024

Implementasi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Water Flooding

Enhanced Oil Recovery (EOR) ataupun Enhanced Gas Recovery (EGR) dan Water Flooding merupakan metode peningkatan produksi minyak yang sangat diharapkan oleh pemerintah untuk mendukung produksi 1 juta barel dan 12 miliar kubik gas pada tahun 2030. Pasalnya, metode ini sangat menggarap produksi minyak bumi yang sangat besar, dibandingkan dengan metode lainnya.

Terdapat tiga tahapan produksi dalam minyak dan gas, yaitu primary recovery, secondary recovery, dan tertiary recovery. Tahapan ini umumnya dilakukan secara sekuensial dapat memaksimalkan perolehan atau recovery factor (RF). 

  • Pada primary recovery (natural flow), perolehan minyak (RF) hanya sebesar 5-15% dari original oil in place (OOIP).
  • Pada secondary recovery (umumnya menggunakan waterflood) memiliki potensi perolehan minyak sebesar 20-40% dari original oil in place (OOIP).
  • Pada tertiary recovery (thermal injection, chemical injection, microbial injection) memiliki potensi perolehan minyak sebesar 5-20% dari original oil in place (OOIP).

Sehingga, gabungan dari ketiga skema ini apabila dilaksanakan dapat mencapai 85% OOIP. SKK Migas mencatat bahwa Indonesia memiliki potensi EOR sebesar 950 juta stock tank barrel (STB) minyak yang berasal dari 12 lapangan potensial yang tersebar di Indonesia.

Tahap produksi pada sumur migas
Sumber : JAPEX

Namun pada kenyataannya, hingga saat ini implementasi EOR dan EGR di Indonesia masih mengalami progress yang belum signifikan perkembangannya. Proyek waterflood yang sedang (pasti) atau sudah dikembangkan sekarang hanya di Lapangan Minas (Blok Rokan), Lapangan Pendopo (Jirak), dan Lapangan Handil (Blok Mahakam), sedangkan satu-satunya proyek EOR yang berjalan di Indonesia hanya steamflood Lapangan Duri (Blok Rokan).  Proyek waterflood terbesar di Indonesia dipegang oleh Lapangan Minas sejak tahun 1970 dengan 4,6 juta barel air per hari. Pada proyek EOR, Lapangan duri dengan karakteristik minyak berat telah mengadopsi steamflood sebagai EOR sejak tahun 1985 dengan menginjeksi 380.000 barel uap per hari. Dengan segala perlakuan tersebut, Lapangan Minas memiliki total recovery factor (RF) Sekitar 50% dan Lapangan Duri memiliki recovery factor (RF) sekitar 80%.

Penuntasan proyek pengembangan lapangan/Plan Of Development (POD) yang tertunda

Plan of Development atau proposal pengembangan merupakan rencana pengembangan lapangan di dalam suatu Wilayah Kerja untuk memproduksi cadangan hidrokarbon atau dalam kata lain mengubah status suatu lapangan dari eksplorasi menjadi eksploitasi/produksi. Saat ini Indonesia memiliki potensi penemuan cadangan hidrokarbon yang besar, beberapa diantaranya memiliki POD yang sudah disetujui maupun yang tidak disetujui.

Potensi Penemuan Cadangan dan Proyek Raksasa
Sumber : Ditjen Migas, 2024
  Blok Andaman I, II, III dengan cadangan 10 TCF dan potensi produksi gas sebesar 527 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) terbukti mengalirkan gas sebesar 27 MMSCFD dan kondensat 1.884 BCPD dari pengeboran sumur eksplorasinya masih memiliki POD yang belum disetujui sepenuhnya oleh pemerintah. Selain itu, Blok Masela melalui Lapangan Abadi merupakan lapangan dengan cadangan gas alam terbesar di Indonesia yaitu 18,54 TSCF memiliki kapasitas produksi LNG sekitar 1.600 MMSCFD, gas pipa 150 MMSCFD, dan kondensat 35000 BCPD, memiliki POD yang telah disetujui dan akan onstream pada tahun 2029 nantinya. Blok Tangguh dan IDD/Geng North juga sudah memiliki POD yang telah disetujui dan akan onstream dalam beberapa tahun mendatang. Namun, blok yang lain hingga kini masih dalam tahap pengembangan untuk dapat menyusun skema POD.  

Pada tahun 2023, sebanyak 14 rencana pengembangan lapangan migas tidak kunjung on-stream. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu belum adanya pasar untuk produksi gas bumi dari lapangan gas (belum ada pembeli gas), cadangan marjinal sehingga menunggu tambahan cadangan dari Wilayah Kerja lain untuk menggarap rencana pengembangan, lapangan migas yang sedang dalam proses terminasi, dan keterbatasan kemampuan finansial Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)

Referensi:

https://indonesia.go.id/kategori/editorial/8766/mengejar-produksi-1-juta-barel-di-2030?lang=1#:~:text=Kini%2C%20konsumsi%20minyak%20Indonesia%20mencapai,untuk%20memenuhi%20kebutuhan%20dalam%20negeri.
https://industri.kontan.co.id/news/sebanyak-14-rencana-pengembangan-lapangan-migas-tak-kunjung-on-stream
https://www.antaranews.com/berita/4205931/skk-migas-lifting-minyak-semester-i-2024-capai-576-ribu-bopd
https://katadata.co.id/berita/industri/6662749c2f06e/skk-migas-cina-tertarik-garap-sumur-migas-tua-di-ri-dengan-eor#:~:text=EOR%20merupakan%20salah%20satu%20upaya%20yang%20diharapkan,0%2C3%20mmstb%2C%20Minas%2DD%20Stage%2D1(P)%20dengan%20potensi%20505

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Latest Articles