25.4 C
Jakarta
Sunday, June 29, 2025

Energi Fosil Ramah Lingkungan, Mari Simak Peran Gas Bumi dalam Transisi Energi

Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya gas bumi yang besar di dunia, berada pada peringkat ke-26 di dunia dan peringkat ke-4 di Asia Pasifik (BP’s Statistical Review of World Energy, 2023). Per tahun 2023, Indonesia memiliki cadangan gas bumi sebesar 54.76 TCF dengan cadangan terbukti sebesar 35,3 TCF dan cadangan potensial sebesar 19.46 TCF. Pada tahun 2024, akumulasi produksi gas bumi (Jan-Jul) sudah sebesar 45.728 MMSCFD (PwC, 2024). Untuk kebutuhan domestik, Kementerian ESDM (2023) menjelaskan konsumen gas bumi meliputi sektor industri 30.83%, listrik sebesar 11.82%, dan pupuk 11.72%. Untuk sisanya, 22.18% LNG diekspor dan 8.45% diekspor melalui pipa. Sehingga, pada akhir tahun 2023. konsumsi gas bumi Indonesia mencapai 5868 BBUTD.

Bagaimana salah satu jenis energi fosil ini dapat mendukung transisi energi?

Produksi minyak di Indonesia terus menurun, namun permintaannya terus meningkat. Ketergantungan akan minyak membuat Indonesia memiliki peningkatan nilai impor BBM dan defisit neraca perdagangan. Berdasarkan Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN), permintaan akan gas bumi di Indonesia akan meningkat sebanyak lebih 3 kali lipat dari 6.6 BSCFD pada tahun 2020 menjadi 26.1 BSCFD pada tahun 2050 (IPA Convex, 2022). Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Komitmen NZE Indonesia pada tahun 2060 membuat proyeksi energi di masa depan akan dikuasai oleh EBT seperti PLTA, tenaga surya, tenaga angin, dan bio energi. Namun, transisi energi menuju energi bersih ini bukan hal yang mudah dan membutuhkan waktu yang panjang. Sementara, Indonesia juga harus mengusahakan pemerataan energi di setiap wilayah, terutama dalam sektor kelistrikan.

Gas alam (terutama LNG) dapat menjadi pilihan utama dalam transisi energi karena menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dari energi lainnya (lebih rendah 20 g CO2e/MJ dan lebi rendah 50% dari minyak dan batubara). Oleh karena itu, gas bumi hadir berperan penting dalam pemenuhan target pemerintah atas energi nasional, baik untuk pemenuhan kebutuhan energi, juga peningkatan bauran energi rendah karbon.

Pemanfaatan Gas Bumi dalam Transisi Energi

Kementerian ESDM memaparkan beberapa program, tantangan, dan pendukung gas bumi dalam transisi energi di Indonesia seperti berikut :

No.Program
1.Gasifikasi pembangkit listrik
2.Zona ekonomi khusus/zona industri
3.Jaringan gas kota
4.Proyek RDMP dan GRR
5.Pipa transmisi gas
6.Wilayah jaringan distribusi
7.Smelters
8.Small Scale LNG
9.LNG bunkering
10.Optimalisasi SPBG eksisting
11.Pengembangan gas bumi untuk Hidrogen
No.Tantangan
1.Peningkatan fiskal minyak dan gas hulu untuk peningkatan investasi
2.Pasokan gas bumi jangka panjang
3.Penciptaan kebutuhan gas bumi skala besar
4.Interkoneksi infrastruktur pipa gas bumi dari Sumatera ke Jawa
5.Integrasi infrastruktur pipa dan non-pipa
6.Perizinan dan birokrasi, terutama pada pemerintahan daerah
No.Pendukung
1.Perencanaan energi lintas sektoral dan jangka panjang
2.Pendanaan yang bagus
3.Kerjasama internasional
4.Teknologi
5.Iklim investasi yang kondusif

Pengembangan gas bumi dalam bentuk hidrogen juga memiliki potensi dan manfaat yang tinggi karena terdapat jenis hidrogen yang tergolong energi bersih. CO2 yang dihasilkan dari konversi gas bumi menjadi hidrogen dapat dikombinasikan dengan penggunaan CCS dan CCUS ataupun proyek carbon offset sehingga dapat memenuhi energi nol emisi.

Gas bumi untuk hidrogen
Sumber : Stock.adobe.com
  • Grey Hydrogen

Grey Hydrogen merupakan jenis hidrogen yang digasifikasi tanpa adanya teknologi penangkapan karbon sehingga menghasilkan emisi GRK dalam jumlah yang signifikan. Secara umum, 1 kg H2 yang diproduksi melepaskan sekitar 10 kg CO2. Oleh karena itu, jenis hidrogen ini tidak diminati di antara ketiga jenis hidrogen yang ada

  • Blue Hydrogen

Blue Hydrogen merupakan jenis energi bersih yang diproduksi dari gas bumi. Gas bumi dikonversi menjadi hidrogen dan karbondioksida melalui SMR lalu karbondioksida ditangkap melalui teknologi CCS atau CCUS. Emisi yang dihasilkan blue hydrogen berkisar 1-3 kg CO2 per 1 kg H2.

  • Green Hydrogen

Green Hydrogen merupakan jenis hidrogen yang diproduksi dari EBT seperti angin, matahari, dan air. Proses ini melibatkan penggunaan elektrolisis dalam memisahkan air menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen yang dihasilkan seluruhnya bersih dari emisi dan dapat digunakan pada sektor transportasi.

Blue Hydrogen
Cleaner Hydrogen with combination of CCS technology
Sumber : IPA Infographic Booklet (2024)

Blue hydrogen merupakan jenis hidrogen yang diproduksi dari gas bumi dan dapat memisahkan emisi yang dihasilkan.Blue hydrogen memiliki banyak dampak positif sebagai energi bersih di Indonesia karena dapat digunakan pada sektor transportasi (kendaraan  listrik full cell), sektor industri (heat and feedstock), dan produksi blue ammonia (digunakan sebagai bahan dasar pupuk urea). Dengan konsumsi gas bumi di sektor Indonesia sebesar 30.82%, listrik sebesar 11.82%, dan pupuk 11.72%, penggunaan hidrogen sebagai energi bersih diharapkan dapat menggantikan gas bumi konvensional dalam pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia.

References:

https://hellonext.world/green-blue-and-grey-hydrogen-the-main-differences/
https://www.youtube.com/watch?v=oXe9GD24Les
https://www.youtube.com/watch?v=s_agA0WZ_-I&t=81s
https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/jumlah-cadangan-besar-gas-bumi-jadi-energi-alternatif-utama-tuju-transisi-energi
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-rencana-umum-energi-nasional-ruen-1.pdf

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Latest Articles