27.8 C
Jakarta
Monday, June 9, 2025

Kupas Tuntas Langkah Keberjalanan Transisi Energi di Indonesia (Part 1)

Transisi Energi merupakan salah satu langkah besar dan strategis Indonesia dalam mewujudkan Ketahanan Energi Nasional (KEN) yang disertai ekonomi hijau. Langkah Indonesia dalam komitmen Paris Agreement dengan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 31.89% dan 43.2% dengan bantuan internasional pada tahun 2030 tidak bisa langsung digantikan dengan energi ramah lingkungan dan berkelanjutan, melainkan transisi perlahan dengan energi yang lebih ramah lingkungan

Komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) 2030 dengan pembagian penurunan emisi yang terdiri atas 5 sektor, yaitu sektor energi, limbah, IPPU, agrikultur, dan kehutanan. Sektor energi memegang kontribusi penurunan emisi terbesar dengan CM-1 (Counter Measure;Usaha sendiri) sebesar 358 Juta Ton CO2 atau sekitar 39.12% dari total 5 sektor yang ada. Kajian ini akan fokus membahas tentang sektor energi.

Nationally Determined Contribution (NDC) 2030
Sumber : KESDM (2024)

Peta Jalan Transisi energi

Skema Net Zero Emission (NZE) 2060 dan Peta Transisi Energi Menuju Karbon Netral dirancang dengan target penurunan emisi dan target pemanfaatan EBET secara periodik. Berbagai adopsi EBET akan segera diimplementasikan, terutama dalam memenuhi kebutuhan sektor kelistrikan Indonesia, hingga pada tahun 2060 seluruh pembangkit listrik sudah berbasis bahan bakar EBT atau non-fosil.

Skema Net Zero Emission 2060
Sumber : Komisi VII DPR RI (2024)
Peta Jalan Transisi Energi Menuju Karbon Netral
Sumber : Konsep Peta Jalan NZE Lengkap (2024)

Selain itu, langkah transisi energi ini tidak hanya dilengkapi dengan pergantian sumber energi menuju EBET saja, tetapi juga dengan langkah transisi menurunkan bauran energi konvensional seperti penurunan impor LPG bertahap, retirement PLTU, penghapusan PLTD, penurunan penjualan motor dan mobil konvensional, penurunan kapasitas total PLTGU dan PLTU nasional.

Setiap sektor memiliki targetimplementasi transisi energi yang berbeda-beda. Mari kupas tuntas di setiap sektornya.

Sektor Kelistrikan

Dalam rangka mendukung transisi energi menuju NZE 2060, ESDM merencanakan seluruh permintaan listrik dapat disediakan melalui pembangkit berbasis energi terbarukan sebesar 96% dan energi baru (nuklir) sebesar 4%. Hal ini disesuaikan dengan permintaan listrik per sektor serta proyeksinya hingga tahun 2060, dengan sektor industri dan transportasi yang akan mendominasi di tahun 2060 nantinya. Solar merupakan salah satu energi terbarukan yang akan mendominasi sektor kelistrikan secara perlahan karena letak geografis Indonesia (negara tropis) membuat sumber energi ini sangat reliable.

Proyeksi Suplai Pembangkitan dalam Skenario NZE Konsolidasi
Sumber : Kementerian ESDM (2024)
Sektor kelistrikan di Indonesia memiliki sumber energi yang sangat dominan dari batubara, dibandingkan dengan gas bumi, panas bumi, hydro, dll. Namun, tercatat bahwa PLTU Batubara merupakan industri pengemisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia dan memiliki persediaan yang sangat memadai. Namun, dalam mendistribusikan kebutuhan listrik nasional, banyak sumber energi yang lebih ramah lingkungan daripada batubara seperti gas bumi, panas bumi, hidrogen, air, dan lainnya.. Oleh karena itu, pemerintah dalam skema transisi energi menuju NZE 2060 merancang retirement PLTU secara progresif sehingga pada tahun 2060 tidak ada pembangkit listrik yang berasal dari industri PLTU Batubara.
Skenario Retirement PLTU Batubara hingga tahun 2060
Sumber : Kementerian ESDM (2024)

Selain itu, langkah besar yang diambil Indonesia dalam transisi energi di sektor kelistrikan adalah Super Grid. Super Grid merupakan jaringan transmisi listrik dengan jangkauan wilayah yang sangat luas sehingga dapat mengalirkan listrik dalam jumlah besar dan jarak jauh. Pengembangan super grid ini dinilai penting untuk distribusi listrik secara merata di seluruh wilayah di Indonesia karena dapat mengurangi dampak intermitensi dan divergensi antara sumber EBT lokal dengan lokasi permintaan tinggi. Perusahaan penyedia listrik dapat mempertimbangkan faktor supply dan demand di setiap titik lokasi sehingga harapannya listrik dapat tersalurkan dengan merata hingga ke daerah pelosok dan ke industri yang butuh pembangkit dalam jumlah besar.

Super Grid dan Pembagian Sumber Daya EBT
Sumber : Kementerian ESDM (2024)

Referensi:

https://fwi.or.id/wp-content/uploads/2024/02/Sugeng-Suparwoto-IPC-27-Feb-2024.pdf
Ariadji, T. (2024). TM2204-Decarbonization and Sustainable Earth Energy. Bandung Institute of Technology.
https://iesr.or.id/wp-content/uploads/2023/09/130923-DEK-IETD-IESR-ESDM.pdf
Ariadji, T. (2024). TM2204-Konsep Peta Jalan NZE Lengkap. Bandung Institute of Technology.
https://industri.kontan.co.id/news/apa-itu-super-grid-yang-penting-untuk-pengembangan-energi-terbarukan

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Latest Articles