Apa itu Migas Non Konvensional (MNK)?
Migas Non-Konvensional (MNK) adalah minyak dan gas alam yang diproduksi menggunakan metode yang dianggap tidak konvensional. Istilah Non-Konvensional mengacu pada metode ekstraksi/pengangkatan hidrokarbon, yaitu metode ekstraksi tidak dengan cara yang konvensional dilakukan (IEA). Pada dasarnya, MNK memproduksikan hidrokarbon dari cadangan dengan kualitas reservoir yang lebih rendah dan kesulitan teknologi yang lebih tinggi dari cadangan konvensional.

Sumber : U.S Energy Information Administration and U.S Geological Survei
Peningkatan taraf ekonomi dalam suatu negara menyebabkan peningkatan volume kebutuhan energi domestik. Hidrokarbon masih menjadi penyuplai utama kebutuhan energi di Indonesia, dan juga negara-negara di sekitarnya. Namun produksi yang kunjung tidak mumpuni membuat banyak pihak kesulitan karena keterbatasan suplai energi. Volume suplai energi harus mampu mengimbangi dalam memfasilitasi perkembangan yang konsisten
Produksi migas Indonesia dari beberapa tahun belakangan masih stagnan di rentang 500.000-600.000 BOPD dengan realisasi pada semester I Tahun 2024 hanya di angka 576.000 BOPD. Target Indonesia menuju 1 juta BOPD minyak dan 12 MMSCFD gas pada tahun 2030 cenderung susah dilakukan apabila tidak adanya penemuan cadangan baru. Reaktivasi sumur Idle yang dapat memberikan tambahan minyak 20.000 BOPD dan pengembangan lapangan yang masih stuck membuat Indonesia harus memfokuskan pengembangan hulu migas ke arah yang lain, salah satunya dengan mulai mengeksplorasi Migas Non Konvensional (MNK).
Berdasarkan cadangan minyak terbukti dunia, hanya sekitar 30 % minyak yang konvensional, sedangkan sisanya 70% adalah Minyak Non Konvensional

Sumber : Thakur and Rajput (2011)
Perbedaan MNK dengan migas konvensional
Keberadaan hidrokarbon di bawah permukaan harus divalidasi oleh adanya Petroleum System yang menjelaskan tentang unsur dan proses yang diperlukan dalam pembentukan hidrokarbon. Petroleum System terdiri atas Batuan Induk/Source Rock yaitu batuan sedimen yang mengandung material organik pembentuk migas, Batuan Reservoir/Reservoir Rock yaitu batuan berpori yang dapat ditempati minyak dan gas bumi, Jalur Migrasi/Migration Path yaitu jalur perpindahan migas dari lapisan batuan induk menuju batuan reservoir, Jebakan/Trap yaitu struktur bawah permukaan sebagai perangkap, dan Batuan Penutup/Cap Rock sebagai batuan kedap yang tidak dapat dilalui migas.

Alam yang tidak mampu mengeluarkan migas seluruhnya dari source rock ke reservoir rock menyebabkan berlimpahnya sumber daya hidrokarbon yang tertinggal. Perkiraan migas yang tertinggal dalam source rock mencapai 60-70% ataupun 10-20 kali migas yang ada di reservoir.

Sumber : Dongeng Geologi
Berdasarkan potensinya, hanya terdapat 30% hidrokarbon konvensional yang tersebar di seluruh dunia, sisanya sebesar 70% adalah hidrokarbon non konvensional. Teknologi ekstraksi keduanya pun berbeda, hidrokarbon non konvensional memiliki teknologi yang lebih tinggi/canggih karena sumbernya berada pada batuan yang umumnya memiliki permeabilitas sangat kecil (<1-0.001 mD).

Sumber : Teknik Gas Bumi, CCS, dan CCUS Teknik Perminyakan ITB (2024)
Teknologi pengambilan migas non konvensional umumnya dilakukan dengan pengeboran sumur horizontal diikuti dengan multi-stage hydraulic fracturing atau rekahan hidrolik bertingkat untuk membuka jalur hidrokarbon yang tadinya memiliki permeabilitas <1 mD menjadi permeabilitas tak hingga.
Jenis-jenis MNK Secara umum, terdapat 4 jenis MNK, yaitu : 1. Gas Metana Batubara (GMB) atau Coal Bed Methane (CBM) Pada dasarnya, GMB atau CMB memproduksikan gas metana dari cadangan batubara yang tergolong unmineable coal. Teknologi yang digunakan akan berbeda untuk memproduksi batubara konvensional 2. Gas Hidrat Gas Hidrat merupakan material berbentuk kristal es dengan molekul air (molekul tuan rumah) membentuk struktur seperti kurungan atau clathrate sehingga memiliki rongga yang dapat terisi oleh molekul gas (molekul tamu) 3. Shale Gas dan Shale Oil (Shale reservoir) Pada dasarnya, Shale reservoir memproduksikan hidrokarbon dari reservoir yang sama dengan source rock. Pada formasi ini elemen penjebak tidak jelas namun tetap diperlukan 4. Oil sands Pada dasarnya, oil sands merupakan material pasir dan batuan yang mengandung crude bitumen; minyak mentah padat dan kental. Bitumen terlalu kental untuk mengalir sendiri sehingga diperlukan metode ekstraksi alternatif lain. |

Sumber : ExxonMobil (2018)

Potensi MNK di Indonesia
Sumber Migas Non Konvensional umumnya dapat ditemukan pada sumber migas konvensional tersedia. Hal ini membuat langkah fokus ke MNK menjadi langkah natural yang dapat diambil negara untuk mencapai produksi hidrokarbon yang mampu mencukupi kebutuhan, mengingat cadangannya yang lebih besar daripada hidrokarbon konvensional.
Berdasarkan data yang diperoleh dari SKK Migas, per Februari 2024 cadangan minyak RItercatat sebesar 4,7 miliar barrel (MMBBL) dan cadangan gas sebesar 55,76 triliun kaki kubik (TCF). Dengan asumsi recovery factor sebesar 40-50%, cadangan ini diproyeksikan akan habis dalam 12 tahun ke depan untuk minyak dan 22 tahun kedepan untuk gas.
Di samping itu, berdasarkan data dari Kementerian ESDM RI (2011), total cadangan MNK Indonesia sebesar 1037 TCF gas dengan total 574 TCF untuk shale gas dan 453 TCF untuk Gas Metana Batubara (GMB). Distribusi terbesar terdapat pada cekungan di daerah Kalimantan dan Sumatera

Sumber : KESDM RI (2011)
Reference:
https://info-keystoneenergytools-com.translate.goog/blog/conventional-oil-vs.-unconventional-oil?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sge#:~:text=Conventional%20Methods:%20Primarily%20vertical%20drilling,fracturing%2C%20and%20oil%20sands%20mining.
https://rovicky.wordpress.com/2017/01/06/apa-itu-shale-gas/
https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/cadangan-migas-non-konvensional-indonesia-capai-1037-tcf
https://www.cnbcindonesia.com/news/20240607075917-4-544620/duh-ternyata-cadangan-minyak-ri-cuma-bertahan-sampai-tahun-segini#:~:text=Jakarta%2C%20CNBC%20Indonesia%20%2D%20Satuan%20Kerja,triliun%20kaki%20kubik%20(TCF).